PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Fiqih
secara umum merupakan salah satu bidang
studi Islam yang banyak membahas tentang
hukum yang mengatur pola hubungan manusia
dengan Tuhannya, antara manusia dengan manusia, dan manusia dengan
lingkungannya. Melalui bidang studi fiqih ini
diharapkan siswa tidak lepas dari jangkauan
norma-norma agama dan menjalankan aturan syariat Islam.
Guru
yang merupakan ujung tombak dalam dunia pendidikan mempunyai peranan yang
penting dalam kesuksesan pembelajaran Fiqih. Maka, seorang guru setidaknya
harus mampu menguasai bahan ajar serta strategi dan metode-metode yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran Fiqih.
Proses
belajar-mengajar akan berjalan dengan baik
apabila strategi dan metode yang digunakan betul-betul
tepat, karena antara pendidikan dengan strategi dan
metode saling berkaitan. Sehingga dalam prosesnya, pembelajaran fiqih
dapat dipahami dan diaplikasikan oleh anak didik serta menyenangkan untuk
dipelajari. Menurut Zakiah Daradjat, pendidikan adalah
usaha atau tindakan untuk membentuk manusia. Disini guru
sangat berperan dalam membimbing anak didik ke arah terbentuknya pribadi yang
diinginkan, dalam fiqih berpengetahuan dan bertindak dalam kehidupan
sehari-hari berdasarkan hokum islam yang benar.
B.
Rumusan
Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini,
meliputi:
1.
Apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran?
2.
Bagaimana langkah-langkah dalam menyusun
strategi pembelajaran efektif?
3.
Strategi apa yang tepat digunakan guru dalam
pembelajaran Fiqih?
4.
Metode apa yang tepat digunakan guru dalam
pembelajaran Fiqih?
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Strategi Pembelajaran
Istilah strategi berasal dari Bahasa Yunanai
yakni strategos yang berarti keseluruhan usaha, termasuk perencanaan, cara
taktik yang digunakan militer untuk mencapai kemenangan dalam perang, siasat
perang.[1]
Dalam
pengajaran, strategi mengajar adalah tindakan guru melaksanakan rencana
mengajar. Artinya usaha guru dalam menggunakan beberapa variable pengajaran
(tujuan, bahan, metode dan, alat serta evaluasi) agar dapat mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dengan demikian strategi mengajar pada dasarnya adalah
tindakan nyata dari guru dalam melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu,
yang dinilai lebih efektif dan lebih efesien.[2]
“Menurut Gerlach dan Ely bahwa strategi
pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode
pembelajaran dalam lingkungan pembelajarant tertentu”.[3]
Sementara itu, Kemp mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif
dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya
(2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna
perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual
tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan
pembelajaran.
Menurut Anthony S. Jones mengatakan bahwa
strategi mengajar adalah “an Educational method for turning knowledge into
learning”. Yaitu metode pendidikan untuk mengubah pengetahuan menjadi
belajar.[4]
Dari
beberapa pengertian strategi di atas dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang
pelajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta
didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan
pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.[5]
Strategi
pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya
digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi
merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode
adalah “a way in achieving something”. Jadi, metode pembelajaran dapat
diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
B.
Langkah-langkah
dalam Menyusun Strategi Pembelajaran Efektif
Pengertian
strategi pembelajaran efektif adalah prinsip memilih hal-hal yang harus
diperhatikan dalam menggunakan strategi pembelajaran. Prinsip umum penggunaan
strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok
digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan. Setiap strategi
memiliki kekhasan sendiri-sendiri. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Killen
(1998): No teaching strategy is better than others in all circumstances, so
you have to be able to use a variety of teaching strategies, and make rational
decisions about when each of the teaching strategies is likely to most
effective. (Tidak
ada strategi mengajar adalah lebih baik daripada yang lain dalam segala situasi,
sehingga Anda harus dapat menggunakan
berbagai variasi strategi pengaaran, dan membuat keputusan yang rasional tentang kapan
masing-masing strategi pengajaran
cenderung paling efektif).
Apa yang
dikemukakan Killen itu jelas bahwa guru harus mampu memilih strategi yang
dianggap cocok dengan keadaan. Oleh sebab itu, guru perlu memahami
prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran sebagai berikut.
1.
Guru
Guru adalah
pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru merupakan faktor yang
terpenting. Di tangan gurulah sebenarnya letak keberhasilan pembelajaran.
Komponen guru tidak dapat dimanipulasi atau direkayasa oleh komponen lain, dan
sebaliknya guru mampu memanipulasi atau merekayasa komponen lain menjadi
bervariasi. Sedangkan komponen lain tidak dapat mengubah guru menjadi
bervariasi. Tujuan rekayasa pembelajaran oleh guru adalah membentuk lingkungan
peserta didik supaya sesuai dengan lingkungan yang diharapkan dari proses
belajar peserta didik, yang pada akhirnya peserta didik memperoleh suatu hasil
belajar sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, dalam merekayasa
pembelajaran, guru harus berdasarkan kurikulum yang berlaku.
2.
Peserta Didik
Peserta didik
merupakan komponen yang melakukan kegiatan belajar untuk mengembangkan potensi
kemampuan menjadi nyata untuk mencapai tujuan belajar. Komponen peserta ini
dapat dimodifikasi oleh guru.
3.
Berorientasi
pada Tujuan
Segala aktivitas
guru dan peserta didik, mestinya diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Ini sangat penting, sebab mengajar adalah proses yang bertujuan.
Oleh karena keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat ditentukan dari
keberhasilan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
4.
Bahan Pelajaran/Materi
Pelajaran
Bahan pelajaran
merupakan medium untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berupa materi yang
tersusun secara sistematis dan dinamis sesuai dengan arah tujuan dan
perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat. Menurut
Suharsimi (1990) bahan ajar merupakan komponen inti yang terdapat dalam
kegiatan pembelajaran.
5.
Kegiatan
pembelajaran
Agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara optimal, maka dalam menentukan strategi pembelajaran perlu
dirumuskan komponen kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan standar proses
pembelajaran.
6.
Alat atau Media
Alat yang
dipergunakan dalam pembelajran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran alat
memiliki fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan. Alat dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu alat verbal dan alat bantu nonverbal. Alat verbal dapat
berupa suruhan, perintah, larangan dan lain-lain, sedangkan yang nonverbal
dapat berupa globe, peta, papan tulis slide dan lain-lain.
7.
Sumber
Pembelajaran
Sumber
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat atau
rujukan di mana bahan pembelajaran bisa diperoleh. Sehingga sumber belajar
dapat berasal dari masyarakat, lingkungan, dan kebudayaannya, misalnya,
manusia, buku, media masa, lingkungan, museum, dan lain-lain.
8.
Aktivitas
Belajar bukanlah
menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat; memperoleh
pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu, strategi
pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas peserta didik.
9.
Individualitas
Mengajar adalah
usaha mengembangkan setiap individu peserta didik. Walaupun kita mengajar pada
sekelompok peserta didik, namun pada hakikatnya yang ingin kita capai adalah
perubahan perilaku setiap peserta didik.
10.
Integritas
Mengajar harus
dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi peserta didik. Mengajar
bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi juga meliputi aspek
afektif, dan psikomotorik.
C.
Macam-macam
Strategi Pembelajaran yang Digunakan dalam Pembelajaran Fiqih
Proses pembelajaran memiliki keunikan tersendiri.
Siswa yang menjadi bagian dari sistem pembelajaran tidak hanya berperan sebagai
obyek pendidikan, melainkan berperan juga sebagai subyek pendidikan. Perlakuan
terhadap siswa ini yang menjadikan mereka bisa lebih mandiri dalam belajar,
lebih aktif dan lebih punya kreatifitas dalam mengembangkan materi yang telah
disampaikan guru. Hal ini mendorong terciptanya strategi dan metode
pembelajaran secara aktif, guna memberikan ruang yang cukup untuk perkembangan kemampuan
dan kreatifitas siswa.
Adapun macam-macam strategi yaitu:
1.
Strategi
Ekspositoris
Strategi
pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekolompok
siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai meteri pelajaran secara optimal.
Strategi ini juga disebut strategi pembelajaran lansung.[6]
Penggunaan sistem
ekspositori merupakan sistem pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi
materi kepada siswa secara langsung.
Penggunaan sistem ini siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Dalam pembelajaran agama islam strategi ini merupakan strategi klasik yang sering digunakan oleh para pengajar Islam, begitu pula dengan pelajaran fiqh.
Penggunaan sistem ini siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Dalam pembelajaran agama islam strategi ini merupakan strategi klasik yang sering digunakan oleh para pengajar Islam, begitu pula dengan pelajaran fiqh.
2.
Strategi Inquiry
Strategi inquiry
merupakan rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,,
logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri.[7]
Inquiry merupakan
strategi yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan eksperimen
sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu,
mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban sendiri, serta menghubungkan penemuan
yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan
yang ditemukan siswa lain.
Siswa memiliki potensi
untuk berbeda. Perbedaan siswa terlihat dalam pola pikir, daya imajinasi,
fantasi (pengandaian) dan hasil karyanya. Karena itu, kegiatan pembelajaran
fiqih perlu dipilih dan dirancang agar memberi kesempatan dan kebebasan
berkreasi secara berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kreatifitas siswa.
Hal ini telah Rasulullah lakukan dengan menggunakan metode tanya jawab.
Dari Abu Hurairah R.A. berkata ”Seorang laki-laki dari
Bani Fijarah datang kepada Nabi dan berkata, istriku melahirkan anak berkulit
hitam. Lalu Nabi berkata, apakah kamu mempunyai unta? Ia menjawab Ya ada, apa
warnanya? Tanya Nabi. Ia menjawab merah. Nabi bertanya lagi, adakah yang
berwarna ke abu-abuan? Ia menjawab Ya ada. Kemudian Nabi bertanya, kenapa hal
itu bisa terjadi? Ia menjawab, mungkin ia menyerupai induknya. Beliau bersabda,
ini juga menyerupai induknya (ibunya).[8]
Dari hadits diatas terlihat
jelas bahwa Rasulullah mengajarkan bukan langsung memberi tahu, tetapi terlebih
dahulu bertanya, untuk memancing kreatifitas. Artinya keterampilan bertanya
bagi seorang guru sudah diajarkan oleh Rasulullah 4 abad yang lalu.
3.
Strategi Contextual
Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep pembelajaran yang
menekankan pada keterkaitan antara materi pelajaran dengan dunia kehidupan
peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan
menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Melalui proses
penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik akan merasakan
pentingnya belajar, dan mereka akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa
yang dipelajarinya..[9]
Contextual
Teaching and Learning yang umumnya disebut dengan pembelajaran
kontekstual merupakan suatu proses pembelajaran holistik yang bertujuan untuk
membelajarkan peserta didik dalam memahami bahan ajar secara bermakna (Meaningfull)
yang dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan lingkungan
pribadi, agama, sosial, ekonomi maupun kultural. Sehingga peserta didik
memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dapat diaplikasikan dan
ditransfer dari satu konteks permasalahan yang satu ke permasalahan lainnya.[10]
Pembelajaran konstektual terfokus pada perkembangan ilmu, pemahaman
keterampilan siswa, dan juga pemahaman konstektual siswa tentang hubungan mata
pelajaran yang dipelajarinya dengan dunia nyata. Pembelajaran akan bermakna
jika guru lebih menekankan agar siswa mengerti relevansi apa yang mereka
pelajari di sekolah dengan situasi kehidupan nyata dimana isi pelajaran akan
digunakan.[11]
Guru mengajar dalam pembelajaran Fiqih dengan
tujuan mengarahkan siswa dalam memahami, mengenal, menghayati dan mengamalkan
hukum Islam yang mengarah siswa supaya taat dan bertaqwa kepada Allah SWT
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta pengalaman siswa sehingga
menjadi muslim yang selalu bertambah keimanannya kepada Allah SWT.
4.
Strategi Pemecahan
Masalah
Strategi pembelajaran berbasis masalah dartikan
sebagai rangakaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses
penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
Artinya dalam strategi ini siswa tidak hanya dituntut
untuk mencatat, mendengarkan, menghafal pelajaran. Akan tetapi siswa dituntut
untuk berkomunikasi, berfikir kritis, mencari dan mengolah data yang akhirnya
memberikan kesimpulan. Aktivitas yang dilakukan diarahkan untuk menyelasikan
masalah. Dalam strategi ini, permasalahan merupakan kata kunci dalam
pembelajaran. Pemcahan masalah yang dilakukan dengan menggunakan berfikir
secara ilmiah secara sistematis dan empiris.
D.
Metode
yang Digunakan dalam Pembelajaran Fiqih
Prinsip metodologi pendidikan modern selalu menunjuk
kepada aspek berganda. Satu aspek menunjukkan proses anak belajar dan aspek
lainnya menunjukkan aspek guru mengajar dan mendidik. Oleh karena itu, sebelum
memilih strategi yang tepat, maka ada beberapa asas-asas dalam mengajar dan
menididik, yaitu:
1.
Memperhatikan tingkat daya pikir
anak didik
2.
Menerangkan pelajaran dengan cara
yang sejelas-jelasnya
3.
Mengajarkan ilmu pengetahuan dari
yang konkrit kepada yang abstrak
4.
Mengajarkan dengan cara
berangsur-angsur
5.
Memberi tahu tujuan ilmu
pengetahuan yang dipelajari kepada anak didik
6.
Mengajarkan ilmu pengetahuan dari
yang sederhana kepada yang kompleks
7.
Memperhatikan sistematika
pembahasannya dalam mengajar[12]
Banyak
macam metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran islam yang juga
relevan dengan pembelajaran fiqih, diantaranya: metode ceramah, metode tanya
jawab, metode diskusi, metode resitasi (pemberian tugas), metode demonstrasi,
metode pemecahan masalah (problem solving) metode simulasi. Tidak ada metode
mengajar yang lebih baik dari metode yang lain. Tiap-tiap metode memiliki
kelemahan dan kelebihan. Dalam penerapannya tidak satu metode saja yang
digunakan dalam satu kali proses pembelajaran melainkan dapat digunakan dua,
tiga atau lebih, disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Semakin bervariasi metode yang digunakan semakin menghidupkan suasana kelas
bagi siswa-siswi yang belajar.
Dalam
pelajaran fiqih, seorang guru dapat memilih beberapa metode yang sesuai dengan
materi yang akan disampaikan seperti materi tentang berwudhu. Pada materi ini
seorang guru fiqih bisa memakai metode ceramah, metode kelompok, metode tanya
jawab, demonstrasi atau metode yang lainnya yang menurut guru fiqih bisa dipakai
dan cocok dengan materi yang disampaikan. Karena harus disadari oleh pendidik
tidak semua metode cocok dengan materi yang akan disampaikan.
1.
Metode ceramah
Metode ceramah ialah cara menyampaikan sebuah materi
pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai. Ini
relevan dengan definisi yang dikemukakan oleh Ramayulis, bahwa metode ceramah
ialah “penerangan dan penuturan secara lisan guru terhadap murid-murid
diruangan kelas”. Zuhairini mendefinisikan bahwa metode ceramah “adalah suatu
metode di dalam pendidikan dimana cara penyampaian materi-materi pelajaran
kepada anak didik dilakukan dengan cara penerangan dan penuturan secara lisan”.[13]
Metode ceramah adalah teknik penyampaian pesan
pengajaran yang sudah lazim dipakai oleh para guru di sekolah. Ceramah
diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru dimuka
kelas. Para murid sebagai penerima pesan, mendengarkan, memeprhatikan, dan
mencatat keterangan-keterangan guru bilamana diperlukan.[14]
Metode ini banyak dipilih guru karena mudah
dilaksanakan dan tidak membutuhkan alat bantu khusus serta tidak perlu
merancang kegiatan siswa. Dalam pengajaran yang menggunakan metode ceramah
terdapat unsur paksaan. Dalam hal ini siswa hanya diharuskan melihat dan
mendengar serta mencatat tanpa komentar informasi penting dari guru yang selalu
dianggap benar itu. Padahal dalam diri siswa terdapat mekanisme psikologis yang
memungkinkannya untuk menolak disamping menerima informasi dari guru. Inilah
yang disebut kemampuan untuk mengatur dan mengarahkan diri.
2.
Metode diskusi
Diskusi adalah suatu kegiatan kelompok dalam
memecahkan masalah untuk mengambil kesimpulan. Diskusi tidak sama dengan
berdebat. Diskusi selalu diarahkan kepada pemecahan masalah yang
menimbulkan berbagai macam pendapat dan akhirnya diambil suatu kesimpulan yang
dapat diterima oleh anggota dalam kelompok.
Zuhairini, Memberikan pengertian tentang metode
diskusi secara umum sebagai salah satu metoide interaksi edukatif
diartikan sebagai metode didalam mempelajari bahan atau penyampaian bahan
pelajaran dengan jalan mendiskusikannya sehingga menimbulkan pengertian,
pemahaman, serta perubahan tingkah laku murid seperti yang telah dirumuskan
dalam tujuan instruksionalnya.[15]
Dalam dunia pendidikan metode diskusi ini mendapat
perhatian karena dengan diskusi akan merangsang anak-anak untuk berfikir atau
mengeluarkan pendapatnya sendiri. Oleh karena itu metode diskusi bukanlah hanya
percakapan atau debat biasa saja, tapi diskusi timbul karena ada masalah yang
memerlukan jawaban atau pendapat yang bermacam-macam.
3.
Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah salah satu tehnik mengajar
yang dapat membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah.
Ini disababkan karena guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana murid dapat
mengertikan dan mengungkapkan apa yang telah di ceramahkan.
Metode tanya jawab ialah cara penyampaian pelajaran
dengan jalan guru mengajukan pertanyaan dan murid memberikan jawaban, atau
sebaliknya murid yang mengajukan pertanyaan dan guru yang memberikan jawaban.[16]
Metode tanya jawab juga dapat diartikan sebagai suatu
metode di dalam pendidikan dan pengajaran di mana guru bertanya sedangkan murid
menjawab tentang bahan materi yang diperolehnya.
Metode tanya jawab dapat digunakan oleh guru untuk
menetapkan perkiraan secara umum apakah anak didik yang mendapat giliran
pertanyaan sudah memahami bahan pelajaran yang diberikan. Metode tanya jawab
juga diartikan sebagai metode mengajar dimana seorang guru mengajukan
beberapa pertanyaan kepada beberapa murid tentang pelajaran yang telah
diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca sambil memperhatikan proses
berfikir diantara murid-murid.[17]
4.
Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran
dengan memeragakan suatu proses kejadian. Metode demonstrasi biasanya
diaplikasikan dengan menggunakan alat-alat bantu pengajaran seperti benda-benda
miniatur, gambar, perangkat alat-alat laboratorium
dan lain-lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling pokok adalah papan
tulis dan white board, mengingat fungsinya yang multi proses. Dengan
menggunakan papan tulis guru dan siswa dapat menggambarkan objek, membuat
skema, membuat hitungan matematika, dan lain – lain peragaan konsep serta fakta
yang memungkinkan.
5.
Metode Sosio Drama
Sosiodrama
dimaksudkan adalah suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk
tingkah laku dalam hubungan social, metode bermain peranan, titik tekanannya
terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu
situasi masalah yang secara nyata dihadapi. Menurut Abdurrahman Shaleh metode
sosio drama dan bermain peran adalah dua metode yang dikatakan bersama dan
dalam penggunaannya sering digunakan silih berganti.
6.
Metode Resitasi
Adapun pengertian lain dari metode resitasi adalah
cara menyajikan bahan pelajaran di mana guru memberikan sejumlah tugas terhadap
murid-muridnya untuk mempelajari sesuatu, kemudian mereka disuruh untuk
mempertanggungjawabkan. Tugas yang diberikan oleh guru bisa berbentuk
memperbaiki, memperdalam, mengecek, mencari informasi, atau menghafal pelajaran
yang akhirnya membuat kesimpulan tertentu. Buku “pengantar ilmu dan metodologi
pendidikan islam.[18]
Metode pemberian tugas belajar (resitasi) sering
disebut metode pekerjaan rumah, adalah metode di mana murid diberi tugas khusus
di luar jam pelajaran. Dalam pelaksanaan metode ini anak-anak dapat mengejakan tugasnya
tidak hanya di rumah, tapi dapat dikerjakan juga di perpustakaan, di
laboratorium, di ruang-ruang praktikum dan lain sebagainya untuk dapat dipertanggungjawabkan
kepada guru.
Pembelajaran
pendidikan agama Islam yang berjalan hingga sekarang lebih banyak terfokus pada
persoalan persoalan teoritis keagamaan yang bersifat kognitif semata.
Pendidikan agama terasa kurang terkait atau kurang consern terhadap
persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang bersifat kognitif menjadi
“makna” dan “nilai” yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik
lewat berbagai cara, media dan forum. Selanjutnya “makna” dan “nilai” yang
telah terkunyah dan terhayati tersebut dapat menjadi motivasi bagi peserta
didik untuk bergerak, berbuat, berprilaku secara konkrit agamis dalam wilayah
kehidupan praksis sehari-hari.
KESIMPULAN
Pada hakikatnya, semua strategi dan metode itu baik asal sesuai dengan
karakter dan situasi yang ada. Dalam hal pembelajaran fiqih, seorang guru dapat
menggunakan strategi dan metode mengajar apapun yang dirasa efektif untuk
membuat siswa menguasai ilmu fiqih yang akan kita ajarkan. Tetapi, sebaik
apapun strategi dan metode yang digunakan oleh guru, tidak akan efektif apabila
seorang guru tidak dapat menggunakannya secara optimal. Selain itu, berbagai
factor seperti siswa, lingkungan materi dan lain sebagainya juga dapat
mempengaruhi penggunaan strategi dan metode dalam pembelajaran khususnya fiqih.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Armai,
2002. Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat
Pers.
Asy-Syalhub, Fuad bin Abdul Aziz. 2005.
Mengajar EQ Cara Nabi. Bandung: MQS Publishing.
Departemen Agama RI. 2008. Perencanaan
Pembelajaran. Jakarta: LAPIS-PGMI.
Hadi, Sutrisno. 1993. Metode
Pembelajaran. Yogyakarta: Andi Offset.
Hanafiah, Nanang dan Suhana, Cucu. 2009. Konsep
Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.
Hasibuan dan Moedjiono. 1986. Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2005. Implementasi Kurikulum
2004. Bandung: PT Remaja Rosda karya.
Suabana, M. dkk. ______. Strategi Belajar
Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
Sudjana, Nana. 2000. Dasar-dasar Proses
Belajar Mengajar. Bandung: PT Sinar Baru Algesindo.
Sumiati dan Asra. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Kencana Permata.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.
Usman, Basyiruddin. 2002. Metodologi
Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Pers.
Uno, Hamzah B. 2009. Model Pembelajaran
(Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif). Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Werkanis dan Hamadi, Marlius. 2003. Strategi
Mengajar (dalam Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar di Sekolah). Pekanbaru:
Pemerintah Daerah Provinsi Riau Dinas Pendidikan Nasional.
Zainuddin, dkk. 1991. Seluk-Beluk Pendidikan
dari Al-Ghazali. Jakarta: Bumi Aksara.
Zuhairini dan Ghofir, Abdul. 2004. Metodologi
Pembelajaran. Malang: UM PRESS.
[1]M.
Suabana, dkk. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, (Bandung:
Pustaka Setia, ____), hlm. 9.
[2]Nana
Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Sinar Baru
Algesindo, 2000), hlm. 147.
[3]Hamzah
B. Uno, Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif
dan Efektif), (Jakarta: PT. Bumi Aksara: 2009), hlm. 1.
[4]Werkanis
dan Marlius Hamadi, Strategi Mengajar (dalam Pelaksanaan Proses Belajar
Mengajar di Sekolah), (Pekanbaru: Pemerintah Daerah Provinsi Riau Dinas
Pendidikan Nasional, 2003), hlm. 10.
[6]Departemen
Agama RI. Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: LAPIS-PGMI, 2008), hlm.
11.
[7]Trianto,
Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana,
2010), hlm. 166.
[8]Fuad bin
Abdul Aziz Asy-Syalhub, Mengajar EQ Cara Nabi, (Bandung: MQS Publishing,
2005), hlm. 116-117.
[9]E.
Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosda karya,
2005), hlm. 55.
[10]Nanang
Hanafiah, dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran, (Bandung:
Refika Aditama, 2009), hlm. 67.
[12]Zainuddin,
dkk. Seluk-Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara,
1991), hlm. 75-80.
[13]Armai
Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi
Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 135-136.
[15]Zuhairini
dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran, (Malang: UM PRESS, 2004),
hlm.64.
[16]Hasibuan
dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1986), hlm. 63.
[17]Sutrisno
Hadi, Metode Pembelajaran, (Yogyakarta: Andi Offset, 1993), hlm. 192.
[18]Arief, Armai, Pengantar Ilmu
Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm.164.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar