Selasa, 12 Juni 2012

proposal


PROPOSAL


PENGARUH METODE TARGHIB DAN TARHIB TERHADAP PERILAKU SISWA MEMBUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA DI PDTA AL-AMIN
TEMBILAHAN KOTA








DI SUSUN OLEH:

NAMA       : MANDRA SAPUTRA ARDI
NIM        : 1209.09.05631
PRODI      : PAI
SEMESTER   : VI (ENAM)
HP         : 0852 7160 4803



PROPOSAL DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAHAGIAN DARI PERSYARATAN DAN TUGAS-TUGAS GUNA MENCAPAI GELAR SARJANA PENDIDIKAN ISLAM PADA
 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
JURUSAN TARBIYAH STAI AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN

2012 M /1433 H

PENGARUH METODE TARGHIB DAN TARHIB TERHADAP PERILAKU SISWA MEMBUANG SAMPAH PADA TEMPATNYA DI PDTA AL-AMIN TEMBILAHAN KOTA

A.  Latar Belakang
Menurut Ahmad D. Marimba pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani darn rohani di terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.[1]
Pendidikan merupakan suatu proses untuk menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya di masyarakat. Namun dalam menjalani pendidikan tidak mudah dan banyak masalah serta rintangan yang harus dihadapi. Oleh sebab itu, pendidikan perlu dikemas sedemikian rupa sehingga dapat menyentuh sasaran sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri.[2]
Pendidikan Islam yaitu suatu proses bimbingan dari pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan akal peserta didik ke arah terbentuknya pribadi muslim yang baik.[3]
Pendidikan islam mempunyai tujuan yang mulia yakni mengembangkan manusia yang mempunyai pribadi yang mantap sesuai dengan ajaran Islam. Dalam islam mempunyai bermacam-macam bidang, diantaranya adalah bidang akhlak. Akhlak merupakan suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.[4] Akhlak merupakan bagian yang fundamental dalam Islam. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW.
اِنَّمَا بُعِثْتُ لِاُتَمِّمَ مَكَارِمَ اْلاَخْلاَقِ
Artinya: Sesungguhnya aku di utus untuk menyempurnakan akhlak.
Tentu saja akhlak yang di jelaskan dalam hadits di atas adalah akhlak mahmudah (terpuji) bukan akhlah madzmumah (tercela). Al-Ghazali menerangkah bahwa Akhlak mahmudah (terpuji) artinya menghilangkan semua adat-adat kebiasaan yang tercela yang sudah dirincikan agama Islam serta menjauhkan diri daripadanya, sebagaiman menjauhkan diri dari tiap najis dan kotoran, kemudian membiasakan adat kebiasaan yang baik, menggemarinya, melakukannya dan mencintainya.[5] Jadi intinya bahwa akhlak mahmudah (terpuji) yaitu sifat-sifat atau tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma atau ajaran agama Islam.
Salah satu akhlak terpuji adalah akhlak terhadap lingkungan, yakni menjaga lingkungan dengan cara memelihara dan menyayangi binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air, udara serta semua alam semesta yang sengaja diciptakan Allah untuk kepentingan manusia dan makhluknya.[6]
Salah satu bukti nyata terhadap manusia yang berakhlak mulia terhadap lingkunganya adalah menjaga kebersihan lingkungannya dengan cara membuang sampah tidak sembarangan atau membungan sampah pada tempatnya. Hal ini terlihat seperti hal yang kecil, sebab sangat mudah untuk dilakukan. Akan tetapi, hal yang dianggap kecil ini memberikan dampak yang besar terhadap lingkungan dan merupakan salah satu tanda berakhlak terpuji terhadap lingkungan.
Pada kenyataan yang terjadi dewasa ini, masih banyaknya orang-orang yang membuang sampah sembarangan, yang akhirnya berdampak negatif kepada manusia itu sendiri, ditandai dengan sering terjadinya banjir. Perilaku ini dilakukan oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan mereka kurang mendapat pendidikan dari kecilnya dan menganggap hal ini sepele dengan asumsi orang tua bahwa menggangap anak belum bisa membedakan yang baik dan buruk. Ingatlah pepatah”sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit”. Begitupun akhlak tercela, walaupun tampak kecil dan sepele, lama kelamaan akan menjadi kebiasaan sehingga akan membentuk karakter buruk.[7] Oleh sebab itu, perilaku membuang sampah pada tempatnya harus ditanamkan dan dididik dari kecil terhadap anak-anak.
Anak-anak memperoleh pendidikan di sekolah, salah satu jenjang pendidikan yang di dalamnya terdapat tingkat anak-anak adalah Pendidikan Diniyah Takmiliyah Awaliyah (PDTA) yang dahulunya dinamakan MDA. Lembaga ini merupakan lembaga pendidikan islam, yang mana akan memberikan pondasi untuk mencetak manusia yang berpengatahuan luas dan berakhlakul karimah. Untuk memberikan pendidikan terhadap anak-anak agar berakhlakul karimah yang sangat memainkan peranan penting di sekolah adalah guru. Guru harus bisa menanamkan akhlakul karimah khususnya membuang sampah pada tempatnya kepada siswanya yang masih dalam jenjang anak-anak. Akan tetapi untuk menanamkan sikap ini kepada anak-anak bukanlah mudah, perlu metode yang tepat untuk zaman sekarang ini dalam hal mendidik anak berakhlak terpuji membuang sampah pada tempatnya.
Dalam bahasa Arab kata metode diuangkapkan dalam berbagai kata. Tekadang digunakan kata at-tariqah, manhaj, dan al-washilah. At-tariqah berarti jalan,[8] manhaj berarti sistem, dan al-wasilah berarti perantara atau mediator.[9]  Dengan demikian, kata Arab yang dekat dengan arti metode adalah at-tariqah. Dari pendekatan kebahasaan tersebut terlihat bahwa metode lebih menunjukan kepada jalan dalam arti jalan yang bersifat non fisik. Yakni jalan dalam bentuk ide-ide, gagasan-gagasan yang mengacu kepada cara yang mengantarkan seseorang untuk sampai pada tujuan yang ditentukan
Apa yang dilakukan Rasulullah SAW saat menyampaikan wahyu Allah kepada para sahabatnya bisa kita teladani,  karena Rasul saw. sejak awal sudah mengimplementasikan metode pendidikan yang tepat terhadap para sahabatnya.
Menurut an-Nahlawi seperti dikutip oleh Ahmad Tafsir, dalam Al-Qur’an dan hadits dapat ditemukan berbagai metode pendidikan yang sangat menyentuh perasaan, mendidik jiwa, dan membangkitkan semangat. Metode-metode itu, mampu menggugah puluhan ribu muslimin untuk membuka hati umat manusia menerima tuntunan Tuhan.[10] Metode-metode tersebut, yaitu:
1.          Metode hiwar (percakapan) Qur’ani dan Nabawi
2.          Metode kisah Qur’ani dan Nabawi
3.          Metode amtsal (perumpamaan) Qur’ani dan Nabawi
4.          Metode uswah hasanah (keteladanan)
5.          Metode pembiasaan
6.          Metode ‘ibrah dam mau’izah
7.          Metode targhib dan tarhib
Di antara beberapa metode dalam pendidikan Islam yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW. Satu diantaranya adalah metode targhib dan tarhib. Metode targhib yaitu sebagai alat atau cara untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. Sedangkan metode tarhib yaitu sebagai alat atau cara untuk mendidik anak-anak dengan memberikan penderitaan atau hukuman dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan atau kesalahan. Disamping perbedaan yang jelas di antara keduanya, tetapi keduanya merupakan raksi dari sipendidik atas perbuatan yang telah dilakukan anak didik.[11] Dalam penggunaan metode pendidikan ini tertuju agar akhlak siswa membuang sampah pada tempatnya.
Perihal membuang sampah tidak pada tempatnya juga terjadi di lembaga pendidikan PDTA Al-Amin Tembilahan Kota, hal ini juga terjadi terhadap siswa-siswinya. Terlihat banyaknya sampah yang berserakan di halaman sekolah akibat setelah anak-anak belanja makanan, sisa makanan tidak dibuang di tong sampah, saat meruncing pensil juga tidak membuang sampahnya pada tempatnya, sisa-sisa kertas dari buku pelajaran juga berserakan. Padahal para guru sudah sering memperingatkan kepada siswa-siswinya untuk membuang sampah di tong sampah yang sudah disediakan, akan tetapi tetap saja masih banyak siswa-siswi yang tidak membuang sampah pada tempatnya.
Sehubungan dengan masalah tersebut di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Targhib dan Tarhib terhadap Perilaku Siswa Membuang Sampah Pada Tempatnya di PDTA Al-Amin Tembilahan Kota”.

B.  Alasan Memilih Judul
Adapun alasan penulis memilih judul ini adalah:
1.  Penulis tertarik dengan masalah yang dihadapi yaitu pengaruh metode targhib dan tarhib terhadap perilaku siswa membuang sampah pada tempatnya, karena menurut penulis masalah ini merupakan masalah yang kecil yang kurang menjadi perhatian, tetapi sangat penting sekali untuk diteliti dan sangat berpengaruh besar terhadap kedepannya.
2.  Penulis ingin mengetahui apakah benar ada pengaruh metode targhib dan tarhib terhadap perilaku siswa membuang sampah pada tempatnya.
3.  Sejauh pengamatan penulis, judul ini belum pernah diteliti sebelumnya, di STAI Auliaurrasyidin Tembilahan dan merupakan masalah yang kecil tetapi urgen sekali.

C.  Penegasan Judul
     Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul penelitian yang akan penulis sajikan, maka penulis merasa perlu untuk menegaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul, yaitu:
1. Pengaruh
Pengaruh yaitu daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.[12]

D.  Permasalahan
1.  Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
a.  masih banyaknya orang-orang yang membuang sampah sembarangan dari berbagai kalangan, baik orang dewasa maupun anak-anak.
b.  Menganggap sepele perihal membuang sampah sembarangan.
c.  Membuang sampah sembarangan sudah menjadi kebiasaan.
d.  Terlihat banyaknya sampah yang berserakan di halaman sekolah PDTA Al-Amin.
e.  Siswa setelah berbelanja makanan, sisa makanan tidak dibuang di tong sampah.
f.  Siswa pada saat meruncing pensil juga tidak membuang sisa sampahnya pada tempatnya.
g.  Sisa-sisa kertas dari buku pelajaran siswa juga berserakan di dalam kelas maupun di halaman sekolah PDTA Al-Amin.
h.  Para guru sudah sering memperingatkan kepada siswa-siswinya untuk membuang sampah di tong sampah yang sudah disediakan, akan tetapi tetap saja masih banyak siswa-siswi yang tidak membuang sampah pada tempatnya.
2.  Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penulis membuat sebuah batasan masalah yang hanya berkisar pada: “metode targhib dan tarhib terhadap perilaku siswa membuang sampah pada tempatnya di PDTA Al-Amin Tembilahan Kota”.
3.  Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut, “apakah ada pengaruh metode targhib dan tarhib terhadap perilaku siswa membuang sampah pada tempatnya di PDTA Al-Amin Tembilahan Kota?”

E.  Tujuan dan Manfaat  Penelitian
1.  Tujuan Penelitian
Pelaksanaan penelitian dan penulisan proposal ini bertujuan untuk:
a.  Mengungkapkan adanya pengaruh metode targhib dan tarhib terhadap perilaku siswa membuang sampah pada tempatnya.
b.  Mengetahui seberapa besar pengaruh metode targhib dan tarhib terhadap perilaku siswa membuang sampah pada tempatnya.
2.  Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian, dapat penulis gambarkan sebagai berikut:
a.  Bagi sekolah, sebagai salah satu bahan masukan untuk meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam pembinaan akhlakul karimah.
b.  Bagi guru, penelitian ini dapat menjadi masukan bagi guru di sekolah untuk lebih memperhatikan perihal pendidikan terhadap usia dini dalam menanamkan perilaku membuang sampah pada tempatnya.
c.  Bagi siswa, dengan adanya penelitian ini diharapkan siswa dapat mengetahui sejauh mana pentingnya membuang sampah pada tempatnya serta dapat memperbaiki diri untuk membiasakan berperilaku membuang sampah pada tempatnya.
d.  Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah khazanah pengetahuan dan pengalaman penulis tentang pengaruh metode targhib dan tarhib terhadap perilaku siswa membuang sampah pada tempatnya dan sebagai salah satu sumbangan ilmiah bagi dunia pendidikan.


F.  Kerangka Teoritis
1.  Pengertian Metode Targhib dan Tarhib
Dalam bahasa Arab kata metode diuangkapkan dalam berbagai kata. Tekadang digunakan kata at-tariqah, manhaj, dan al-washilah. At-tariqah berarti jalan,[13] manhaj berarti sistem, dan al-wasilah berarti perantara atau mediator.[14] 
Dengan demikian, kata Arab yang dekat dengan arti metode adalah at-tariqah. Dari pendekatan kebahasaan tersebut terlihat bahwa metode lebih menunjukan kepada jalan dalam arti jalan yang bersifat non fisik. Yakni jalan dalam bentuk ide-ide, gagasan-gagasan yang mengacu kepada cara yang mengantarkan seseorang untuk sampai pada tujuan yang ditentukan.
Apa yang dilakukan Rasulullah SAW saat menyampaikan wahyu Allah kepada para sahabatnya bisa kita teladani,  karena Rasul saw. sejak awal sudah mengimplementasikan metode pendidikan yang tepat terhadap para sahabatnya salah satunya adalah metode targhib dan tarhib.
Targhib ialah janji terhadap kesenangan, kenikmatan akhirat yang disertai bujukan. Tarhib ialah ancaman karena dosa yang dilakukan. Targhib bertujuan agar orang mematuhi aturan Allah begitu juga dengan tarhib. Akan tetapi terdapat perbedaan, tekanan dari targhib ialah agar melakukan kebaikan sedangkan tarhib agar menjauhi kejahatan.[15]
Disamping perbedaan yang jelas di antara keduanya, tetapi keduanya merupakan raksi dari sipendidik atas perbuatan yang telah dilakukan anak didik.[16]
Metode ini didasarkan atas fitrah (sifat kejiwaan) manusia, yaitu sifat keinginan kepada kesenangan, keselamaatan dan tidak menginginkan kepedihan dan kesengsaraan.

2.  Bentuk Targhib dan Tarhib dalam Al-Quran
Targhib dan tarhib memiliki peran besar dalam mendidik manusia. Sebagaimana diutusnya para rasul Allah untuk memberi kabar gembira berupa surge bagi orang yang taan kepada Allah  dan mengabarkan ancaman peringatan berupa neraka bagi orang yang bermaksiat kepada Allah.[17] Bentuk-bentuk targhib dan tarhib banyak kita jumpai di dalam Al-Qur’an.
a.  Bentuk metode targhib dalam Al-Qur’an
1.  Surah Ali Imran: 134
tûïÏ%©!$# tbqà)ÏÿZムÎû Ïä!#§Žœ£9$# Ïä!#§ŽœØ9$#ur tûüÏJÏà»x6ø9$#ur xáøtóø9$# tûüÏù$yèø9$#ur Ç`tã Ĩ$¨Y9$# 3 ª!$#ur =Ïtä šúüÏZÅ¡ósßJø9$#  

Artinya: (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Dari ayat di atas menunjukkan bahwa dijanjikan bagi siapa saja yang senantiasa berbuat kebaikan, maka Allah akan mencintainya.[18]
2.  Surah Al-Anfal: 29
$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä bÎ) (#qà)­Gs? ©!$# @yèøgs öNä3©9 $ZR$s%öèù öÏeÿs3ãƒur öNà6Ztã öNä3Ï?$t«Íhy öÏÿøótƒur öNä3s9 3 ª!$#ur rèŒ È@ôÒxÿø9$#
ÉOŠÏàyèø9$# ÇËÒÈ  

Artinya:     Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. dan Kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. dan Allah mempunyai karunia yang besar.

Dari ayat di atas menunjukkan bahwa dijanjikan akan mendapat ampunan Allah.[19]
3.  Surah An-Nisa’: 57
tûïÏ%©!$#ur (#qãYtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# óOßgè=ÅzôãZy ;M»¨Yy_ ̍øgrB `ÏB $pkÉJøtrB ㍻pk÷XF{$# tûïÏ$Î#»yz !$pkŽÏù #Yt/r& ( öNçl°; !$pkŽÏù Ólºurør& ×ot£gsÜB ( öNßgè=ÅzôçRur yxÏß ¸xŠÎ=sß ÇÎÐÈ  

Artinya:     Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang shaleh, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai; kekal mereka di dalamnya; mereka di dalamnya mempunyai isteri-isteri yang Suci, dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman.

Dari ayat di atas menunjukkan bahwa dijanjikan akan mendapat kenikmatan surge bagi orang yang beriman dan beramal shaleh.[20]
b.  Bentuk metode tarhib dalam Al-Qur’an
1.  Surah Al-Maidah: 87
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä Ÿw (#qãBÌhptéB ÏM»t6ÍhsÛ !$tB ¨@ymr& ª!$# öNä3s9
Ÿwur (#ÿrßtG÷ès? 4 žcÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä tûïÏtF÷èßJø9$#

Artinya:     Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

Dari ayat di atas menunjukkan bahwa ancaman tidak akan mendapat ridha Allah bagi orang yang melampaui batas.[21]


2.  Surah A-Baqarah: 279
bÎ*sù öN©9 (#qè=yèøÿs? (#qçRsŒù'sù 5>öysÎ/ z`ÏiB «!$# ¾Ï&Î!qßuur ( bÎ)ur óOçFö6è? öNà6n=sù â¨râäâ öNà6Ï9ºuqøBr& Ÿw šcqßJÎ=ôàs? Ÿwur šcqßJn=ôàè? ÇËÐÒÈ  
Artinya:     Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.

Dari ayat di atas menunjukkan bahwa diancam akan diperangi oleh Allah dan Rasul-Nya bagi orang yang memakan harta riba.[22]
3.  Surah Al-Baqarah: 39
tûïÏ%©!$#ur (#rãxÿx. (#qç/¤x.ur !$oYÏF»tƒ$t«Î/ y7Í´¯»s9'ré& Ü=»ptõ¾r& Í$¨Z9$# ( öNèd $pkŽÏù tbrà$Î#»yz ÇÌÒÈ  

Artinya:     Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

Dari ayat di atas menunjukkan bahwa diancam neraka bagi orang-orang kafir.[23]





G.  Konsep Operasional
Konsep operasional merupakan “Suatu konsep dan penjabaran dari konsep teoritis agar mudah dipakai dan sekaligus sebagai aturan di lapangan penelitian, guna menghindari kesalahfahaman”.[24]
Adapun indikator dalam penelitian “Pengaruh metode targhib dan tarhib terhadap perilaku siswa membuang sampah pada tempatnya di PDTA Al-Amin Tembilahan Kota” adalah sebagai berikut:
1.  Metode Targhib dan Tarhib (Variabel X)
a. Pola asuh otoriter ciri-cirinya:
               i.      Orang tua mengasuh anak dengan aturan-aturan yang ketat, dan harus dilakukan oleh anak walaupun menyangkut keperluannya
               ii.    Orang tua membatasi kebebasan anak untuk bertindak (melakukan sesuatu) yang bersangkutan dengan dirinya
               iii.  Anak jarang diajak berkomunikasi dan bertukar pikiran dengan orang tua
               iv.    Orang tua menganggap bahwa semua sikapnya sudah benar sehingga tidak perlu dipertimbangkan dengan anak
               v.      Cara mengasuh ditandai dengan penggunaan hukuman yang keras, lebih banyak menggunakan hukuman badan jika anak melakukan kesalahan
b.   Pola asuh permisif ciri-cirinya:
               i.      Orang tua menuruti segala kemauan anak
               ii.    Anak diberi kelonggaran seluas-luasnya untuk melakukan apa saja yang dikehendaki
               iii.  Kontrol (pangawasan) orang tua terhadap anak sangat lemah
               iv.    Orang tua tidak mengendalikan perilaku anak sesuai dengan kebutuhan perkembangan kepribadian anak
               v.      Orang tua tidak pernah menegur atau tidak berani menegur anak
c. Pola asuh demokratis ciri-cirinya: 
               i.      Suatu keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah pihak
               ii.    Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus di bawah pengawasan orang tua dan dapat dipertanggung jawabkan secara moral
               iii.  Orang tua mengakui kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung pada orang tua
               iv.    Orang tua mendengarkan pendapat anaknya, dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang menyangkut dengan kehidupan anak itu sendiri
               v.      Orang tua juga mengarahkan perilaku anak sesuai dengan kebutuhan anak
1. Kemandirian Belajar Siswa (Variabel Y)
a. Siswa mampu berpikir secara kritis
b. Siswa mampu berpikir secara kreatif
c. Siswa mampu berpikir secara inovatif
d. Siswa tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain
e. Siswa tidak lari atau menghindari masalah
f. Siswa memecahkan masalah dengan berfikir yang mendalam
g. Siswa apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain
h. Siswa tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain
i. Siswa berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan
j. Siswa bertanggung jawab atas tindakannya sendiri
k. Siswa mampu melaksanakan tugas-tugas belajar dengan baik dan mandiri
l. Siswa mampu menentukan cara-cara belajar yang efektif (sesuai kemampuan diri sendiri)
m. Siswa mampu mengatur waktu dalam belajar
n. Siswa mampu mengimplementasikan (mengamalkan) pengetahuan yang telah diperolehnya
Siswa tidak mudah putus asa terhadap kesulitan belajar yang muncul












H.  Metode Penelitian
1.  Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PDTA Al-Amin Tembilahan Jl. H. Abd. Ghani. Alasan memilih lokasi ini karena penulis sendiri sedang menjadi guru bantu di PDTA Al-Amin ini semenjak tahun 2009 hingga sekarang, oleh sebab itu secara otomatis sudah mengenal dan memahami keadaan sekolah, struktur organisasi sekolah dan sudah pasti para guru khususnya dan siswa di PDTA Al-Amin Tembilahan Jl. H. Abd. Ghani ini.
Di lembaga PDTA Al-Amin ini terdapat 9 orang pendidik (guru) termasuk kepala sekolahnya dan memiliki 4 jenjang kelas, yaitu kelas I, II, III dan IV dengan jumlah siswa 145. Dengan rincian kelas:

Kelas
Jumlah Murid
Jumlah
L
P
I
27
26
53
II
12
18
30
III
14
32
46
IV
7
9
16
Jumlah
61
85
145


2.  Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Metode Targhib dan Tarhib. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah perilaku siswa membuang sampah pada tempatnya.

3.  Populasi dan Sampel
1.  Populasi
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi PDTA Al-Amin Tembilahan Kota Tahun Ajaran 2011-2012. Populasi terdiri dari 4 kelas dengan jumlah keseluruhan 145 orang siswa-siswi.

2.  Sampel
Dalam pengambilan sampel, disebabkan terlalu banyaknya populasi maka perlu diadakan teknik pengambilan sampel dengan menggunkan cara penarikan sample dari populasi. Sampel yang digunakan adalah sampling random (random sampling), dengan penentuan besar sampelnya berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto yang mengatakan bahwa jika jumlah populasinya lebih dari 100 maka dapat diambil 15% dari populasi. Maka penulis mengambil sampel dari kelas III yaitu 21 orang.[25]

4.  Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan yaitu:
1.  Observasi
Obeservasi atau pengamatan dapat diartikan sabagai kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indra mata serta dibantu dengan panca indra lainnya.[26] Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk melihat siswa-siswi yang membuang sampah dihalaman sekolah atau membuang sampah tidak pada tong sampah.

2.  Wawancara
Wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada orang tua, wawancara bermaksud berhadapan langsung antara peneliti dengan responden dan kegiatannya dilakukan secara lisan.[27] Data ini digunakan sebagai penguat data yang telah diperoleh sebelumnya, yaitu untuk menemukan penyebab siswa-siswi PDTA Al-Amin membuang sampah tidak pada tempatnya.

3.  Dokumentasi
Dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.[28] Metode ini digunakan untuk memperoleh data berupa catatan, surat-surat, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya berhubungan dengan dengan penelitian.











DAFTAR PUSTAKA
                 

Ali, Muhammad Daud. 2006. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
An-Nahlawi, Abdurrahman. 1989. Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam Dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat. Bandung: CV. Diponegoro.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rieneka Cipta.
As, Asmaran. 2002. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group.
Djaramah. 2000. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hadi, Amirul dan Haryono. 1998. Metodologi Penelitian Pendidikan II. Bandung: Pustaka Setia.
Hasbullah. 2002. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Mustafa, A. 1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia.
Nata, Abuddin. 1999. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos.
Purwanto, Ngalim. 2007. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
subagyo, P. Joko. 2004. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Trim, Bambang. 2005. Meng-istall Akhlak Mulia. Bandung: MQS Publishing.
Yunus, Mahmud. ______. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Wadzuryah.



[1]Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 3.
[2]Djaramah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 20.
[3]A. Mustafa, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), hlm. 11.
[4]Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), hlm. 3.
[5]Ibid. hlm. 19.
[6]Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 371.
[7]Bambang Trim, Meng-istall Akhlak Mulia, (Bandung: MQS Publishing, 2005), hlm. 11.
[8]Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Wadzuryah, ______), hlm. 237.
[9]Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 92.
[10]Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam Dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, (Bandung: CV. Diponegoro, 1989) hlm. 283.
[11]Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 182-186.
[12]Hasan Alwi, dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke 3, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Jakarta: Balai pustaka, 2002), hal. 849.
[13]Mahmud Yunus, Op.Cit. hlm. 237.
[14]Abuddin Nata, Op.Cit. hlm. 92.
[15]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 146-147.
[16]Ngalim Purwanto, Op.Cit. hlm. 186.
[17]Mushthafa Abul Mua’athi, Mengajari Anak Shalat (Teori dan Praktek), (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2006), hlm. 178.
[18]Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hlm..
[19]Ibid
[20]Ibid
[21]Ibid
[22]Ibid
[23]Ibid
[24]Wahyu, MS dan Muhammad MS, Petunjuk Praktis Membuat Skripsi, (Surabaya: Usaha Nasional, 1987), hal. 27.
[25]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2002), hal. 10.
[26]Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), hal. 115.
[27]P. Joko subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 39.
[28]Amirul Hadi dan Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan II, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hal. 110.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar